Awas Generasi TERORIS...!
Melihat judul tersebut seakan miris hati ini.
Info grafik soal Pola
Rekruitment Teroris yang bersumber dari Guru Besar Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Jakarta Prof. Dr. Bambang Pranowo yang ditayangkan Metro TV 5 September
2012 lalu tentang bibit terorisme di sekolah dan menyebar cepat di dunia maya (khususnya
twitter) sejak 14 September menimbulkan polemik. Para aktivis Rohis atau
Rohaniwan Muda Islam yang secara tidak langsung dituduh sebagai sumber perekrutan
teroris muda menyatakan bahwa info yang disampaikan Metro TV tersebut adalah
fitnah.
Apa yang disampaikan oleh bambang Pranowo mungkin tidak akan “meledak” seperti
ini apabila tidak ada andil Metro TV untuk menayangkannya, atau juga pihak
Metro TV sebagai media yang harusnya bersikap objektif dalam penayangan berita dan
tidak memberitakan hal yang dirasa akan mencederai umat muslim terutama aktivis
Rohis dan Rohaniawan Muda Islam.
Selama ini tidak pernah tersiar kabar bahwa akar terorisme sampai menyentuh
aktivis muda dan terpelajar atau Rohis yang selalu menyemarakkan kegiatan
masjid/musholla sekolah dengan kegiatan positif. Dari mana info grafik itu
muncul? Apakah hal ini tidak menimbulkan sebuah pertanyaan besar? Dan mengapa
Metro TV dengan SDM yang terpelajarnya tidak bisa mencerna hal ini? Sungguh ini
propaganda yang akan menimbulkan keresahan orang tua yang anaknya mengikuti
kegiatan keagamaan di sekolah.
Metro TV menyebutkan bahwa pola rekrutmen teroris muda ada 5 yakni:
1. Sasarannya siswa SMP akhir-SMA dari sekolah-sekolah umum.
2. Masuk melalui program ekstra kurikuler di masjid-masjid sekolah.
3. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah.
4. Dijejali berbagai kondisi sosisl yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak
seimbang.
5. Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah thaghut/kafir/musuh.
Poin-poin tersebut menjurus kepada aktivitas dakwah sekolah yang biasanya
dimotori oleh Rohis Sekolah.
Protes terhadap Metro TV di Twitter pun datang bertubi-tubi karena
kebanyakan aktivis dakwah muda merupakan jebolan Rohis atau setidaknya pernah
bersentuhan dengan Rohis dan mengetahui apa-apa tentang aktivitas Rohis.
Menanggapi protes tersebut, Metro TV hanya menjawab secara diplomatis, “Metro
TV tidak pernah memberitakan bahwa rohis adalah sarang teroris.”
Ya, memang seperti itu, Rohis memang bukan sarang Teroris, akan tetapi dari
tayangan itu, dan apa yang diprotes bukanlah ke arah sarang teroris, akan
tetapi merupakan suatu penggambaran bahwa Rohis menyiapkan “bibit” teroris.
Melalui akun twitternya, Metro TV mengatakan bahwa info grafik yang
ditayangkan bukanlah dari pihak Metro TV, melainkan dari pihak nara sumber (pihak luar). “Info
grafik Metro TV 5 Sept lalu soal pola rekrutmen teroris bersumber dr penelitian
ilmiah Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr Bambang Pranowo”
Pastilah
demikian, karena setiap penayangan tentunya ada informasi dari
pihak luar (walaupun tidak semuanya). Kalau tidak ada informasi,
bagaimana mungkin ada penayangan/berita. Akan tetapi, bagaimana Metro TV
dapat menimbang segala aspek yang
kemungkinan terjadi terutama ketika penyebutan suatu kalangan tertentu
yang
belum tentu terlibat, bahkan jauh dari kesan terlibat. Dan bukan hanya
itu,
Metro TV pun seakan “oke” menayangkan 5 point Pola Rekrutmen Teroris
Muda,
padahal sebetulnya hal itu sangat bisa dihindari kalau Metro TV memang
berniat menjaga kondusifitas.
Tapi fitnah dan tuduhan seperti itu memang wajar, nasib para ulama, ustadz,
santri, dan aktivis muslim memang selalu begitu. Indonesia tidak mungkin
merdeka tanpa mereka. Mereka ini tidak perlu diajari nasionalisme, tidak perlu
diajari Pancasila, tapi kalau penjajah datang, langsung siap berjihad. Setelah
Indonesia merdeka pun pengakuan itu datang pertama kali dari para ulama dan
mujahid di Timur Tengah melalui media dan pemerintahannya.
Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel
disusupkan dimana-mana, mau pengajian saja susah dan dicurigai, mau khutbah
saja mesti laporan tentang isi khutbahnya. Sekarang, Rohis dituduh menyiapkan
bibit teroris.
Ada Rohis saja, tawuran pelajar, gank motor, sex bebas, narkoba dan seabrek
berita negatif tentang para pelajar saja tidak terbendung, bagaimana kalau
tidak ada Rohis?
Tayangan Metro TV yang memfitnah ekstrakurikuler rohani Islam
di masjid/musholla sekolah sebagai pintu masuk teroris, akan menghambat gerakan
dakwah yang berujung pada rusaknya generasi muda. Tayangan ini juga bisa
menciptakan sebuah phobia baru yaitu "ROHISPHOBIA" di kalangan sekolah maupun
orang tua siswa. Ujungnya, dakwah Islam di kalangan remaja Islam menjadi
semakin sulit.
Sesuai dengan UU No.32/2002 pasal 36;
Ayat (5) huruf a. Isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut,
menyesatkan dan/atau bohong;
Ayat (6) : Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan,
melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia,
atau merusak hubungan internasional.
Melihat pada pelanggaran tersebut, KPI dapat memberikan sanksi
sesuai pasal 57 pada UU No.32/2002, dan Peraturan KPI No.01/P/KPI/03/2012
tentang Pedoman Perilaku Penyiaran serta
peraturan dan perundang-undangan lainya.
peraturan dan perundang-undangan lainya.
Silahkan bagi yang akan mengajukan protes, somasi atau hal lainnya
ke :
Nomor pengaduan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Nomor GSM:
08121370000.
Sumber : http://mangiping.blogspot.com/2012/09/awas-generasi-baru-teroris.html
terus masalahnya apa ?
BalasHapuskamu tidak merasa bahwa kamu teroris kan ?
ya sudah, biarkan saja. terlalu banyak sekali kita yg 'ngakunya' beragama tetapi mengumbar begitu banyak kebencian.
buktikan! bahwa anda adalah manusia yang beragama, yang semestinya memiliki prilaku/akhlak lebih baik dari mereka yang berAGAMA...
siip bang.. :)
BalasHapus